Pages

November 15, 2011

Dalam Doaku

Dalam doaku subuh ini kau menjelma langit yang
semalaman tak memejamkan mata, yang meluas bening
siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening
karena akan menerima suara-suara
Ketika matahari mengambang tenang di atas kepala,
dalam doaku kau menjelma pucuk-pucuk cemara yang
hijau senantiasa, yang tak henti-hentinya
mengajukan pertanyaan muskil kepada angin
yang mendesau entah dari mana

Dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burung
gereja yang mengibas-ibaskan bulunya dalam gerimis,
yang hinggap di ranting dan menggugurkan bulu-bulu
bunga jambu, yang tiba-tiba gelisah dan
terbang lalu hinggap di dahan mangga itu

Maghrib ini dalam doaku kau menjelma angin yang
turun sangat perlahan dari nun di sana, bersijingkat
di jalan dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya
di rambut, dahi, dan bulu-bulu mataku

Dalam doa malamku kau menjelma denyut jantungku,
yang dengan sabar bersitahan terhadap rasa sakit
yang entah batasnya, yang setia mengusut rahasia
demi rahasia, yang tak putus-putusnya bernyanyi
bagi kehidupanku

Aku mencintaimu.
Itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan
keselamatanmu

(Sapardi Djoko Damono)
Hujan Bulan Juni 1989


In My Prayers


in my prayers this morning you became the sky 
which through the entire night did not close its eyes, a clear expanse
ready to receive the first light, a curve of silence in wait of sound

as the sun drifted above my head,
you became in my prayers the tips of pines,
eternally green and forever presenting abstruse questions to the wind
that hisses from directions unknown

in my prayers at dusk you
 became the sparrow that fluffed its feathers in the mist,
alighted on the branch and felled the tassel of the guava flowers
and then in sudden excitement
flew away to alight on the mango branch

in my prayers this evening you became the distant wind
that descended ever so slowly,
tiptoed down the path and slipped through the cracks of the panes
and door to press its cheeks and lips against my hair, chin and eyelashes

in my prayers tonight you became the beating of my heart
 that has so patiently endured what seems to be limitless pain
and faithfully revealed one secret after another, the unending song of my life

i love you, and for that reason, will never stop praying for your well-being

(Sapardi Djoko Damono, 1989 Hujan Bulan Juni)
(translated by John McGlynn) 
gambar :disini

November 04, 2011

Kau yang Tidak Menangis


Kau yang tidak menangis,diamlah.Dengarkan tangisku
Yang menjeritkan namamu pada langit yang setinggi itu
Kau yang menangis,menangislah dengan rendah hati
Karena tak ada seorang pun yang peduli
Kau yang tersedu,ratapi kerinduanmu yang tak kunjung redam
Karena pada dinding kuburku namamu kan jelas terekam
Kau yang tidak menangis,tataplah,diamlah,rendah hatilah
Karena diantara kita takkan ada batas yang memisah

(Ayip Rosidi)

November 02, 2011

Sihir Hujan


Hujan mengenal baik pohon, jalan, dan selokan
….swaranya bisa dibeda-bedakan;
kau akan mendengarnya meski sudah kaututup pintu dan jendela.
Meskipun sudah kau matikan lampu.
Hujan, yang tahu benar membeda-bedakan, telah jatuh di pohon, jalan, dan selokan
…. menyihirmu agar sama sekali tak sempat mengaduh waktu menangkap wahyu yang harus kaurahasiakan
Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982.

Diatas Batu


Ia duduk di atas batu dan melempar-lemparkan kerikil ke tengah kali
ia gerak-gerakkan kaki-kakinya di air sehingga memercik ke sana ke mari
ia pandang sekeliling : matahari yang hilang - timbul di sela goyang daun-daunan, jalan setapak yang mendaki tebing kali, beberapa ekor capung
– ia ingin yakin bahwa benar-benar berada di sini
Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
<sapardi djoko damono>